At-Ta'dib: Jurnal Pendidikan Agama Islam

Membangun Karakter Religius Berbasis Tasawuf: Refleksi Pemikiran Ibnu ‘Arabi dalam Pendidikan Agama Islam Kontemporer

2025-12-18T13:13:02+00:00

Artikel ini mengkaji relevansi dan potensi pemikiran transformatif tasawuf Ibnu 'Arabi dalam pengembangan Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk membentuk karakter religius yang utuh. Berlandaskan konsep Insan Kamil sebagai manusia ideal yang memantulkan atribut Ilahi, penelitian ini menekankan bahwa integrasi nilai-nilai tasawuf ibnu 'arabi dapat menjembatani keterpaduan yang selama ini muncul antara nilai-nilai spiritual Islam dan kebutuhan zaman modern. Dengan metode analisis kualitatif berdasarkan studi literatur, artikel ini menawarkan model integrasi kurikulum dan pedagogis yang menyinergikan dimensi spiritual, moral, intelektual, dan sosial, guna menghasilkan generasi yang tidak hanya cakap secara akademik tetapi juga matang secara spiritual dan luhur secara moral. Hasil penelitian ini menekankan urgensi transformasi sistemik dan holistik dalam PAI agar dapat menjawab tantangan zaman dan membentuk pribadi yang siap berkontribusi bagi umat dan peradaban.

Tantangan mahasiswa muslim PTKIN dalam menjaga identitas keislaman di era society 5.0

2025-12-18T13:07:53+00:00

Technological developments in the Society 5.0 era have brought fundamental transformations to social, cultural, and educational systems, including for Muslim students at State Islamic Religious Colleges (PTKIN). The convergence of humans and smart technology offers easy access to information and opportunities to strengthen academic capacity, but also poses complex challenges to the sustainability of Islamic identity. The rapid flow of global information, exposure to transnational values, religious disinformation, and a permissive digital culture have the potential to weaken the internalization of Islamic values, influence spirituality, and shift students' moral orientation. Furthermore, the phenomena of digital addiction, FOMO (Focus on Information Movement), the degradation of media ethics, and algorithm-based social polarization contribute to the emergence of new problems in the formation of religious character.

This research was conducted through observational methods, involving several PTKIN students as study subjects to empirically identify the contemporary challenges they face. The results indicate that students' role in maintaining their Islamic identity is significantly influenced by their level of Islamic digital literacy, their ability to discern information, and their spiritual and intellectual readiness to respond to the penetration of digital culture. The findings also highlight the need to strengthen Islamic values-based curricula, improve digital ethics competencies, and provide institutional support that balances technology integration with character development.

Therefore, a comprehensive strategy is needed, encompassing: strengthening moderate and critical religious understanding; integrating Islamic values into technology-based learning; developing campus Islamic communities; ethical digital literacy education; and productive use of technology as a means of da'wah (Islamic outreach) and moral strengthening. This approach is expected to shape Muslim students at PTKIN (Islamic Higher Education Institutions) into an adaptive generation with Islamic personalities, capable of maintaining their religious identity amidst the dynamics of Society 5.0.

This research aims to examine the contemporary challenges facing Muslim students in the Digital Revolution and Society 5.0 era and to formulate strategies and solutions needed to maintain their Islamic identity in the context of rapid technological developments. Digital change has had a significant impact on student behavior, learning patterns, social interactions, and religious practices. Through student feedback from various Islamic universities, it was found that the main challenges that emerged included disinformation, exposure to negative content, the penetration of global culture inconsistent with Islamic values, digital addiction, unequal access to technology, and the weakening of ethics and spirituality in cyberspace. Furthermore, other challenges related to privacy ethics, the digital literacy gap between educators and students, and the reduced intensity of communal learning, which impacts the formation of morals and spiritual closeness.

The analysis revealed that Muslim students need to strengthen digital literacy, moderate internalization of Islamic values, improve media ethics, and utilize technology as a means of da'wah (Islamic outreach) and self-development. Strategies for resolving these challenges include integrating Islamic values into the digital curriculum, revitalizing religious communities on campus, strengthening spiritual character, developing soft skills based on Islamic values, and transforming learning methods toward a collaborative and project-based model. This research confirms that Muslim students have a strategic role as agents of change in the digital world. By mastering technological literacy, Islamic ethics, leadership, and intellectual prowess, students can become a generation of global Muslims who are adaptive, moral, and capable of making positive contributions to society in the era of Society 5.0.

Pengaruh Metode Numbered Head Together (NHT) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ‎pada Mata Pelajaran Matematika

2025-10-31T11:28:52+00:00

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VI MI Qur’aniyah Batu Kuta pada mata pelajaran Matematika Kurikulum Merdeka tahun ajaran 2025/2026. Permasalahan yang diangkat adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa yang masih banyak berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi eksperimen jenis non-equivalent control group design. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai rata-rata pre-test kelas eksperimen adalah 49,09 dan meningkat menjadi 81,52 pada post-test. Sedangkan kelas kontrol meningkat dari 47,39 menjadi 66,52. Hasil uji-t menunjukkan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, sehingga H₁ diterima. Dengan demikian, metode pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Matematika kelas VI MI Qur’aniyah Batu Kuta.

Liteasi Sains Siswa dalam Proses Pembelajaran ‎ Ilmu Pengetahuan Alam di Madrasah Ibtidaiyah Rantok Qamarul Huda

2025-11-06T15:02:17+00:00

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan liteasi sains dari siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Rantok Qamarul Huda sebanyak 27 orang. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni menggambarkan profil kemampuan literasi sains siswa selama proses pembelajaran. Teknik pengumpulan data menggunakan cara observasi didalam kelas pada saat proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA Terpadu) kemudian dianalisis menggunakan 3 indikator menurut PISA yakni Mengidentifikasi masalah / pertanyaan ilmiah, Menjelaskan fenomena ilmiah dan Menggunakan bukti ilmiah. Hasil analisis data menunjukan ada 3 kriteria yakni “baik” sebanyak 9 siswa atau sekitar 33,3 %, kategori “Cukup” sebanyak 15 siswa atau 55,6 % , sedangkan 3 siswa atau 11,1 % dengan kategori “kurang”. Hal ini menunjukan masih kurangnya siswa yang mampu menumbuhkan keterampilan literasi sains didalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Reinterpretasi Larangan Sutera bagi Laki-laki dalam Ḥadīth: Pendekatan Ma‘Ānī Al-Ḥadīth sebagai ‎Metode Pemahaman Kontekstual

2025-12-19T13:59:22+00:00

Artikel ini membahas kembali pemahaman terhadap larangan sutera bagi laki-laki sebagaimana termuat dalam hadis Nabi Saw. Melalui pendekatan ma‘ānī al-ḥadīth, penelitian ini berupaya mengungkap makna substantif di balik teks hadis agar tetap kontekstual dan relevan bagi masyarakat modern.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Pendekatan ini menjadi model bagi penelitian ḥadīth lain yang menghadapi problem serupa, seperti ḥadīth tentang emas, pakaian sutra-campuran, atau simbol kemewahan lainnya.

Analisis terhadap hadis larangan sutera menunjukkan bahwa esensi larangan bukan semata pada material sutera, melainkan pada nilai moral yang dikandungnya. Larangan tersebut berfungsi sebagai pembeda identitas gender, pengendalian diri dari kemewahan, serta simbol etika sosial dan spiritualitas laki-laki Muslim. Perkembangan teknologi tekstil dan perubahan norma sosial menuntut reinterpretasi yang lebih inklusif. Melalui pendekatan ma‘ānī al-ḥadīth, larangan dapat dipahami secara proporsional, yaitu bersifat absolut terhadap sutera alami murni, tetapi memberi kelonggaran (rukhsah) pada penggunaan campuran atau buatan, terutama bila ada kebutuhan tertentu.